Upaya Guru Bahasa Arab Dalam Menumbuhkan Pemahaman Kitab Kepada Siswa di Madrasah Aliyah Baitulmal Pancasila Nanga Pinoh
Pembelajaran bahasa Arab merupakan
kunci utama dari semua pelajaran agama Islam, khususnya dalam mempelajari kita
kuning yang kebanyakan menggunakan bahasa ataupun beraksara Arab sebagai
rujukan untuk memahami agama.
Bagi umat islam bahasa Arab dan kitab
suci Al-Quran merupakan dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain, karena
bahasa dalam Al-Quran adalah bahasa Arab. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah
yang memiliki makna “Dan demikianlah kami wahyukan (Al-Quran) kepadamu dalam
bahasa Arab”.
Sehingga jika ingin mempelajari isi
kandungan dalam Al-Quran, umat islam dituntut untuk memahamai bahasa Arab
dengan baik dan benar. Dalam
pembelajarannya bahasa Arab harus menggunakan metode yang tepat dan pengajar
yang berkompeten dalam bidang pelajaran tersebut, sebab bahasa Arab akan
menjadi suatu momok yang menakutkan bagi pelajar apabila guru dalam mengajar
menggunakan metode yang kurang tepat ataupun guru tersebut tidak memiliki
kompetensi dalam bahasa Arab.
Di Yayasan Baitulmal Pancasila
Nanga Pinoh dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab ada beberapa metode
yang digunakan oleh guru bahasa Arab sebagai bentuk suatu upaya yang dilakukan
guna menumbuhkan pemahaman isi kitab kuning.
Metode pembelajaran kitab kuning yang
dipakai sebagai rujukan dalam pembelajaran Agama Islam di Yayasan Baitulmal
Pancasila Nanga Pinoh, diantaranya adalah:
1) Metode Tazwidul Mufrodat
Metode Tazwidul Mufrodat adalah suatu metode dimana pelajar
dituntut untuk menambah perbendaharaan kata secara bertahap, metode ini
menggunakan cara hafalan, apabila metode ini dilaksanakan secara konsisten,
maka pelajar sudah dapat menguasai seperempat dari pembelajaran bahasa arab.
Seperti halnya pembelajaran bahasa Arab di Yayasan Baitulmal Pancasila Nanga
Pinoh yang menerapkan metode ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh Guru
bahasa Arab di yayasan ini yaitu ustadz Kamaludin Umar, S.Pd.I, menyatakan
bahwa “Metode Mufradat dilaksanakan setiap pembelajaran bahasa arab dimana
siswa dituntut untuk menghafal kosakata yangada pada teks cerita, cerita
tersebut adalah cerita yang terdapat pada materi dibuku, kemudian diberlakukan
setoran hafalan disetiap dua minggu sekali”.
2) Metode Muthala’ah
Metode ini adalah metode membaca,
dimana pelajar dituntut untuk membaca cerita dan mentelaah cerita yang dibaca.
Metode ini berguna untuk melancarkan kemampuan pelajar dalam membaca.
Sebagaimana pernyataan berikut bahwa “Saat kegiatan pembalajaran bahasa Arab
guru menerapkan metode Muthala’ah, dimana satu pelajar membaca cerita dalam
bahasa Arab di depan kelas, dan setelah itu dibahas oleh semua pelajar di kelas
dan metode ini diterapkan setiap memasuki bab baru dalam pembelajaran bahasa
Arab, metode ini berguna untuk menumbuhkan kepekaan siswa dalam membaca dan
memahami bahasa Arab”.
3) Metode Imla’, kata Imla’ memiliki arti dikte,
jadi metode ini digunakan untuk mendikte, dimana guru membacakan teks dengan
keras, jelas dan fasih dan pelajar bertugas untuk menulis apa yang didengar
dari yang guru bacakan. Sebagaimana pernyataan Mahfuzah Dukha guru
bahasa Arab Ahmadi Wittaya Foundation School bahwa “setelah metode
Muthala’ah dilaksanakan maka guru bahasa Arab menerapkan metode imla’ yang bertujuan
agar siswa dapat menangkap setiap kata dalam bahasa Arab dengan mendengar dan
dapat menulisnya dengan baik dan benar”.
4) Metode Muhaddatsah, Muhaddtsah memiliki percakapan, dalam metode ini
pelajar dituntut untuk dapat bercakap menggunakan bahasa Arab. Sebagaimana
pernyataan berikut bahwa “setiap satu bulan sekali guru menerapkan Muhaddatsah,
sebagai bagian akhir dari setiap pembelajaran sebelum ujian dilakasanakan. Dan
dalam bercakap-cakap kami juga menilai sejauh mana kemampuan pelajar menguasai
bahasa Arab”.
Penulis:
Kamaludin Umar, S.Pd.I (Guru Bahasa
Arab di Yayasan Baitulmal Pancasila)
Tanggal: 10 November 2021
0 Comments: