Pengertian Najis
Foto oleh Isaac Taylor dari Pexels
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang bagaimana cara menyucikan atau membersihkan ketiga najis seperti penjelasan sebelumnya,maka perlu diketahui ada dua istilah Najis yaitu:
Najis Ainiyah
Najis Hukmiyah
Adapun Najis Ainiyah adalah najis yang memiliki atau kelihatan warna, bau dan rasa.
sedangkan Najis Hukmiyah adalah tidak ada lagi najis yang tidak memiliki warna, bau, dan rasa.
Dengan kata lain bahwa Najis Ainiyah masih ada wujudnya, sedangkan Najis Hukmiyah najis yang sudah tidak ada wujudnya namun secara hukum statusnya masih dihukumi najis.
Pengertian Najis : Najis menurut bahasa adalah benda yang kotor. Sedangkan menurut syara’ adalah semua kotoran yang menghalangi sahnya shalat yang dikerjakan selagi tidak terdapati hal yang meringankannya. Hasyiyah al-Jamal II/105
( قوله حيث لا مرخص ) أي موجود وهذا القيد للإدخال فيدخل المستنجي بالحجر فإنه يعفى عن أثر الاستنجاء وتصح إمامته ومع ذلك محكوم على هذا الأثر بالتنجس إلا أنه عفي عنه ويدخل أيضا فاقد الطهورين إذا كان عليه نجاسة فإنه يصلي لحرمة الوقت ولكن عليه الإعادة
(Keterangan selagi tidak terdapati hal yng meringankannya) maka tergolong najis juga orang yang beristinja’ (bersuci menggunakan batu) maka hukumnya najis hanya saja dima’fu (diampuni) bekas yang masih tersisa dari najisnya dan sah menjadikan imam shalat dirinya. Juga termasuk orang yang tidak menemukan dua sarana untuk bersuci (air dan debu) bila dalam dirinya terdapati najis maka bershalatlah dirinya sekedar menghormati waktu shalat tetapi diwajibkan baginya mengulang kembali shalatnya. [ I’aanah at-Thoolibiin I/82 ].
قوله : ( حيث لا مرخص ) القيد للإدخال فيدخل المستنجي بالحجر ، فإنه يعفى عن أثر الاستنجاء وتصح إمامته ، ومع ذلك محكوم على هذا الأثر بالتنجيس إِلا أنه عفى عنه ، ويدخل أيضاً حل أكل الميتة للمضطر مثلاً ، فإنه وإن حل محكوم عليها بالنجاسة لكنه أبيح له التناول للضرورة
(Keterangan selagi tidak terdapat hal yang meringankannya) maka tergolong najis juga orang yang beristinja’ (bersuci menggunakan batu) maka hukumnya najis hanya saja dima’fu (diampuni) bekas yang masih tersisa dari najisnya dan sah menjadikan imam shalat dirinya. Dan tergolong juga didalamnya kehalalan memakan bangkai bagi orang yang terpaksa, sesungguhnya meskipun halal hukum bangkainya tetaplah najis namun diperbolehkan baginya memakannya karena unsur darurat. [ Tuhfah al-Habiib I/461 ].
0 Comments: